Selasa, 25 Oktober 2016

Centeng

Centeng
Addy Hasan

Centeng Belanda petantang petenteng dengan pongahnya, dulu
Berkeliaran bak nasionalis menusuk dari belakang
Pundi-pundi Centeng penuh dengan Gulden, dulu
Tertawa atas penjajahan kaumnya sendiri


Centeng berdasi sepatu mengkilap, kini
Layar kaca mewarnai wajah-wajah badaknya
Tak perlu pundi karena kartu elektronik, kini
Dengan caci makinya Centeng menunjuk wong cilik

Tak peduli aturan karena cukup diskresi tuan, pongahnya
Sang Centeng berakrobat alasan putar balik fakta
Tak perlu Nurani karena pragmatisme akut, kantongnya
Matematika logika hidupnya, untung rugi

Centeng beraksi berdiri di atas puing
Rela gusur bangsa dari mata pencahariannya, mati
Biarlah jelata digusur asal proyek bagi Centeng
Centeng centeng tak punya hati

Jakarta, 26 Oktober 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar